Sabtu, 27 Oktober 2012

Akhir 13 Tahun - My Short Story 2


Akhir 13 Tahun 

color of life. And The story began ....

Surabaya, 4 Juli 1996 pukul 19.00 WIB 

“Bu, tahan sebentar. Biar tanggal lahir nya sama dengan ibu.” Kata Dokter Gani.
“Tahan gimana sih Dok ? perut saya sudah mulas ini. Gak sama pun gak apa-apa.” Suara Ibu Jessie terdengar terbata-bata.
“Ya sudahlah. Suster siapkan semua peralatan nya.” Perintah Dokter Gani.
“Baik dok.” Jawab suster serempak. Dengan cekatan semua peralatan sudah siap untuk proses kelahiran anak Bu Jessie.

Surabaya, 5 Juli 1996 pagi hari
 

“Happy Birthday to you… Happy Birthday to you…. Happy Birthday.. Happy Birthday.. Happy Birthday Bu Jessie.” Para dokter dan suster bernyanyi ria di kamar perawatan Bu Jessie.
“Selamat ulang tahun Bu Jessie dan ini sebagai hadiah special-nya” Ucap Dokter Gani . Hari ini Bu Jessie ber ulang tahun, dengan hadiah seorang putri yang lucu.
 
“Terima kasih dok, sus. Iya, anak ini kado special saya.” Tutur Bu Jessie.

Surabaya, 4 Juli 2009
 

“Selamat ulang tahun sayang.” Kata Tante Jessie pada anak sulungnya, Keisha.
“Makasi mama. Keisha seneng mama ada hari ini.” Tutur Keisha.
“Happy Birthday Kak Keisha, ini hadiah dari Ciko. Semoga kakak tambah cantik dan pintar.” Ucap Ciko lugu, adik Keisha.
“Makasi sayang. Amin, kamu juga harus tambah pintar loh.” Balas Keisha.
“Happy Birthday Keisha. Sayang ya gak ada cowok special disini. Wish You All the Best deh .” Kata Fela, sahabat SMP Keisha.
“Iya nih. Udah 13 Tahun tapi masih sendiri aja. Happy Birthday sayang. Be Your Self ” Ucap Septi, sahabat SMP Keisha juga.
“Hahahaha, biarin deh gak ada cowok. Lagian kita kan masih kelas 1 SMP masak iya udah kudu pacaran ? Makasii ya kalian udah mau dating di acara sederhana ini.” Balas Keisha.
“Tapi kamu kan cantik. Banyak tuh yang ngantri di kelas. Tinggal pilih aja.” Goda Fela.
“Lah emang barang dipilih ? Keisha pengen konsen sekola aja. Ya gak ma?” Tanya Keisha minta persetujuan.
“Iya. Harus belajar lebih rajin lagi kak. Biar bisa rangking lagi.” Kata tante Jessie menyemangati.
“Ya Udah gih, ayo makan dulu. Ntar keburu dingin makanannnya.” Kata Tante Jessie.
Semua makan dengan lahap. Begitu juga dengan Keisha. Hari ini ia senang karna ulang tahunnya dirayakan oleh mama, adik, dan ke-dua sahabat nya. Hanya satu yang Keisha inginkan untuk datang. Papa.
 

Semenjak Mama dan Ayah berpisah, ia sudah tak bertemu lagi dengan Ayah nya.
 

2 tahun silam kedua orang tuanya berpisah. Tante Jessie sudah tak kuat menghadapi sikap Om Soni yang tega menyiksanya. Sudah dengan pertimbangan panjang bagi Tante Jessie. Ragu sebenarnya, ia tak tega melihat Keisha dan Ciko. Namun hati nya teriris tatkala melihat Keisha menangis melihat ia disiksa sang Ayah. Hingga Keisha memutuskan agar mama dan ayah nya berpisah. Berat memang, tapi semua akan lebih baik jika seperti itu adanya. Keisha sendiri tak kuasa menahan ujian ini, disaat ia duduk di bangku kelas 6 SD. Pikirannya terbagi, tak terfokus pada sekolah.

Saat itu pun tiba, September 2007
 

Kedua orang tua Keisha. Mati-matian Keisha menutupi kesedihannya. Berjuang keras belajar demi Ujian kelulusan nanti. Keisha dan Ciko memilih tinggal bersama Tante Jessie. Dan entah apa yang ada di benak Om Soni, beliau pun tega meninggalkan buah hatinya tanpa pamit atau salam perpisahan.
 
2 tahun sudah kehidupan Keisha berjalantak seperti biasa, tanpa seorang Ayah. Seseorang yang amat sangat ia rindukan. Suatu ketika, hati Keisha menangis tiada henti melihat teman sekolahnya akrab bersama Ayah nya. Kapan aku bisa rasakan hal itu? Tanya Keisha dalam hati. Iri. Ya, Keisha sangat Iri melihat seorang Ayah akrab dengan anaknya, terutama anak perempuan.
Hanya mimpi yang bisa mengobati kerinduan Keisha kala itu. Syukurlah kini Keisha sedikit terbiasa dengan kehidupan baru nya. Begitu pula Ciko. Namun, hati Keisha tetap tak bisa terima tentang hari ini. Dimana seharusnya ia bisa mendapat semua kasih sayang orang tua. Walau sama dengan tahun sebelumnya. Namun hati Keisha seakan teriris hari ini, benteng kekuatan yang dibangun mati mati an seakan runtuh seketika. Tak kuasa menahan perihnya hati, bulir air mata berkumpul di pelupuk matanya dan jatuh tanpa tertahan.
“Keisha, kenapa sayang kamu menangis ? apa ada yang tidak kamu sukai dari makanan ini?” Tanya Tante Jessie lembut.
“Enggak ma, Keisha nggak papa kok. Cuma capek aja.” Kata Keisha, alasan. Bagaimana pun juga Keisha tak tega melihat mama nya menangis, Lagi. Cukup dia saja yang tersiksa akan ini.
“Ya sudah. Abis gini langsung istirahat ya” Suruh Tante Jessie.
“Iya ma. Fel. Sep. Ikut ke kamar yuk.” Ajak Keisha.
“Ayo.” Jawab keduanya serempak.

Sesampainya dikamar,,
 

Keisha menutup pintu kamar perlahan, mengunci. Seketika itu juga ia menangis sejadi-jadinya. Dengan sesenggukan Keisha menceritakan penyebab tangisnya yang meledak pada kedua sahabatnya. Fela dan Septi mengusap bahu Keisha. Keduanya bertukar pandang, tak tahu apa yang harus dilakukan. Keduanya hanya mendengar rentetan cerita Keisha yang memilukan itu. Terbawa dalam jurang kesedihan, keduanya berusaha agar tangisnya tak pecah. Hanya membuat Keisha semakin terpuruk bila keduanya menangis.
Kesetiaan dan Support dari kedua sahabatnya lah yang membuat Keisha kuat mengahadapi semua. Tak ada tempat berbagi selain mereka, tidak dengan Tante Jessie sekali pun. Karna Keisha tak mau melihat mama nya menangis kembali. Cukup rasanya melihat bulir air mata sang mama. Kini dial ah saatnya yang menjadi tameng mama nya. Pelindung dan penguat, walau sirinya tak sekuat itu. Sebenarnya.
Setelah tangis nya reda, Keisha baru sadar bahwa kini matanya bengkak. Bekas tangis itu tergambar jelas di paras cantik Keisha. Diputuskannya untuk Shalat, berdoa memohon kekuatan dan ketentraman hati pada Tuhan. Segenap rasa tlah tercurahkan. Keisha berhenti menangis.
Rasanya percuma saja ia menangisi Papanya. Beliau sudah melupakan ia dan Ciko. Diam dalam doa. Keisha menghentikan segala kesedihannya. Berhenti barang sejenak. Dan selanjutnya ia hanyut dalam canda tawa dengan ke dua sahabatnya.

Tanggal 26 Juni 2010
 

“Ayo Dan sini. Ini kan giliran mu. Ayo ayo. Ayo ayo.” Teriak Keisha pada Danti sepupunya.
“Iya Dan, sportif donk. Gak bole tuh curang. Kemaren kan juga ikut ngguyur.” Kata Kak Sitta menambahkan.
“Ah, tapi gak pake telor loh ya. Amis tau.” Ujar Danti.
“Liat ntar, ato gini. Kita maen badminton. Dan kalo kamu kalah. Kamu harus mau di ceplokin telor, hayo gimana ? deal ?” tawar Keisha menjebak.
“Oke. Deal.” Jawab Danti percaya diri.
Saat menuju halaman depan rumah.

Plok. Byuuuuur.
 

Yahaa, akhirnya kena juga si Danti, kata Keisha dalam hati.

“Curaaang.” Teriak Danti sadar ia dikerjain. Sontak semua yang ikut dalam tradisi guyur telor itu lari tunggang langgang memasuki rumah-rumah sekitar.
“Hahahaha, salah sendiri situ nya juga curang. Akhirnya ? Kena deh !” Ejek Keisha yang sudah memilih tempat aman.

Setelah seru-seruan bareng saudara-saudaranya Keisha mandi dan mengambil HandPhone nya.

1 missed call --> Ayah

Damn.

Keisha mengucek kedua matanya. Mengira semua ini mimpi. Namun tulisan itu tetap dan tak berubah. Kali ini Keisha mencubit pipinya. Aooow Sakit, rintih Keisha. Dan tulisan yang tertera di HP nya tetap. Tak berubah. Artinya semua ini nyata !
 
“Ha ? gak mungkin. Tapi ini beneran terjadi. Apa aku SMS aja ya?” tanya Keisha bingung. Akhirnya Keisha memutuskan untuk mengirim pesan pada Ayahnya.

To : Ayah

Yah ada apa tdi telp. Aku ? maaf tdi aku abis main.


Klik. Send

“You know you love me, I know you care…… “ HP Keisha berbunyi. Di layar nya tertera Ayah Calling.

Klik.

“Halo. Assalamualaikum.” Kata Keisha mengawali.
“Halo. Waalaikumsalam. Mbak Keisha lagi dimana?” tanya Om Soni.
“Keisha lagi di rumah Danti. Ada apa Yah?” tanya Keisha.
“Sama dek Ciko kesananya?” Om Soni balik tanya.
“Enggak Yah, adek di rumah sama eyang. Keisha barusan ke rumah Danti nya.” Tutur Keisha.
“Kapan pulang nya? Ayah mau ajak jalan-jalan mau gak?” tawar Om Soni.
“Em.. eh.. em.. Iya Yah. Tapi minggu depan aja ya. Soalnya aku baru dateng nih.” Jawab Keisha terbata-bata.
“Ajak dek Ciko juga ya.” Tutur Om Soni.
“Iya Yah.” Jawab Keisha.
“Oke. Assalamualaikum.” Akhir Om Soni.
“Waalaikumsalam.” Jawab Keisha.

Klik. Telfon ditutup.

Beberapa saat setelah telfon ditutup, Keisha masih termangu di tempat tanpa satu gerakan pun. Termasuk mengedipkan mata.

“Sha, buruan ke ruang makan gih. Ayo kita makan.” Panggil Danti dari luar kamar.
“Iya Dan. Bentar lagi.” Jawab Keisha. Tersadar.

Tanggal 1 Juli 2010
 

“Yah, Keisha udah berangkat dari rumah. Ntar ketemu dimana?” tanya Keisha dalam telfon.
“Ntar ketemu di kafe biasa aja kak. Ayah tunggu sana.” Jawab Om Soni.
“Iya deh. 30 menit lagi Keisha sampe ya.” Kata Keisha.
“Hati-hati kak.” Kata Om Soni.
“Sip Yah.” Kata Keisha mengakhiri.

Sesampainya di kafe,,
 
“Ikut ke kantor ayah dulu ya. Ayah masih ada jam kantor.” Tutur Om Soni mengawali pembicaraan.
“Oke Yah.” Jawab Keisha dan Ciko. Wajah berseri dan bahagia terpancar dari Keisha dan Ciko. Ke-duanya masih bingung dengan perubahan sikap Om Soni, ayah nya yang mendadak.
 
“Yah, jalan-jalan yuk. Katanya mau ajak jalan-jalan?” Ajak Ciko.
“Boleh. Dek Ciko mau jalan-jalan kemana? Beli apa?” tanya Om Soni.
“Ciko mau beli tas sama sepatu. Enaknya dimana ya kak ?” tanya Ciko pada Keisha.
“Ke Mall biasanya aja dek. Disana kan banyak pilihannya.” Jawab Keisha.
“Iya deh. Ke mall yg dulu itu loh Yah. Masih inget kan ?” tanya Ciko.
“Oke deh, sekarang kalian mandi dulu. Terus kita berangkat.” Suruh Om Soni.
“Oke Yah.” Jawab Keisha dan Ciko bersamaan.

Sore hari.
 

Om Soni, Keisha, dan Ciko sampai di pusat perbelanjaan. Ketiganya langsung membeli barang yang diperlukan. Makan di kafe biasanya. Sampai akhirnya Ciko ingat ada satu permintaan yang belum di utarakan nya.
“Yah, ada satu yang kelupaan.” Kata Ciko mengawali.
“Apa dek yang lupa?” tanya Om Soni.
“HP Ciko kemaren ilang. Ciko boleh gak minta beli in HP baru? Ciko janji pasti jaga HP itu.” Pinta Ciko.
“Ya udah. Toko HP nya dimana? Yuk kesana.” Ajak Om Soni.
“Disana Yah.” Tunjuk Ciko pada sebuah deretan toko.

Keisha dan Ciko kembali termangu melihat sikap Om Soni. Seusainya membeli HP ketiganya pulang ke rumah Om Soni. Hati Keisha merasa bimbang. Antara bahagia dan rasa tak percaya. Apa iya Ayah udah kembali? Tanya Keisha dalam hati

Keesokan harinya,,
 

“Kak. Dek. Ayo olahraga. Masak mau tidur terus?” Ajak Om Soni.
“Iya Yah. Tapi Keisha sama Ciko belom mandi.” Jawab Keisha.
“Gih mandi dulu. Ayah tunggu di ruang makan.” Kata Om Soni.
“Oke.” Jawab Keisha.

Di lapangan badminton. Ketiganya semangat bermain. Terutama Ciko, terlihat sekali jika ia menikmati saat ini. Senyum terulas di wajah Keisha, senang melihat Ciko bahagia.

“Yah Keisha mau ultah. Terus Keisha mau traktir temen-temen. Boleh minta uang Yah?” tanya Keisha takut-takut.
“Butuh berapa kak?” tanya Om Soni tanpa basa basi.
“250 ribu Yah. Gimana ?” tanya Keisha, masih takut.
“Oh. Nih uangnya.” Kata Om Soni seraya menyerahkan beberapa lembar uang pecahan Rp. 50.000.

Speechless. Itulah yang Keisha rasakan. Mengapa semuanya terasa begitu indah saat ini ? apa ini jawaban dari doaku selama ini ? dan ini kah kado yang kuharapkan setahun silam? Rentetan pertanyaan memenuhi pikiran Keisha

Hingga saatnya pun tiba….

Minggu, 4 Juli 2010
 

Keisha dan Ciko sudah kembali pulang ke rumah Tante Jessie, mama nya. Hari ini, usia Keisha genap 14 tahun. Hari ini pula ia merasakan hal terindah dan kado paling special dalam hidupnya.

Pagi hari, pukul 05.00 WIB

HP Keisha berdering. Ada seseorang yang menelfon. Siapa ya? Pagi-pagi udah nelfon ,Tanya Keisha.

“Halo. Assalamualaikum.” Keisha mengawali.
“Waalaikumsalam. Selamat Ulang tahun kakak. Semoga jadi tambah pintar dan berbakti sama orang tua.” Seseorang yang sangat dikenal suaranya oleh Keisha mengucapkan itu.
 
Damn.
 
Suara Ayah, kata Keisha dalam hati.
“Em… Eh.. Iya Yah. Makasi ucapannya. Aku kira Ayah lupa.” Tutur Keisha.
“Ya Enggak lah. Masak ayah lupa sama anaknya?” tanya Om Soni meyakinkan. Dalam hati Keisha berkata, dulu iya sekarang mungkin inget.
“Hehe. Ya udah Yah Keisha mau mandi dulu. Nih baru bangun tidur.” Kata Keisha.
“Iya deh. Buruan mandi. Pantes dari tadi ada bau-bauan.” Goda Om Soni.
“Oke Deh. Assalamualaikum.” Kata Keisha.
“Waalaikumsalam.” Akhir Om Soni.

Seusai mandi, Keisha mengambil air wudlu untuk menunaikan Shalat. Dalam Shalat nya, tak henti ia mengucap syukur dan terima kasih. Tak henti-hentinya berdoa agar semua ini akan abadi. Terima kasih kepada Tuhan sang Pemilik jagad raya. Doa Keisha selama ini, yang bagi nya hanya sekedar mimpi belaka akhirnya terwujud kan.
Bulir air mata mengalir di pipi Keisha. Tak terasa ucapan syukur dan terima kasih nya memancing air matanya untuk turun. Hari ini Keisha merasakan hatinya tentram, damai, dan bahagia.


“Terima kasih Tuhan Kau telah dengarkan doa ku. Terima kasih juga atas hadiah istimewa dari Mu. Aku harap semua masih tetap abadi untuk selamanya.”
 Tutur Keisha, mengakhiri Shalat-nya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lucky Charms Rainbow